NIM : 165120207113008
“public relations is planned, persuasive
communication designed to influence significant public” yang diartikan oleh
Rachmat Kriyantono (2012) dalam buku Public
Relation Writing: Teknik Produksi Media Public Relations dan Publisitas
Korporat yaitu “public relations adalah kegiatan komunikasi persuasif dan
terencana yang didesain untuk memengaruhi publik yang signifikan”. Scott M. Cutlip, Allen H. Center dan
Glen M. Broom, (2009, 35) Public
Relations merupakan fungsi manajemen yang
membentuk dan memelihara hubungan yang saling menguntungkan antara organisasi
dan masyarakat, yang menjadi sandaran keberhasilan atau kegagalannya. John E. Marston (1979). Publik
relations merupakan aktivitas komunikasi yang sangat dibutuhkan, baik oleh
organisasi, lembaga, dan perusahaan. Public relation digunakan untuk
menjaga hubungan baik antara perusahaan dengan publiknya. Public relations juga
digunakan untuk membangun citra positif dimata public baik yang terkait
dengan publik internal maupun publik eksternal, di dalam suatu proses
komunikasi agar tercipta hubungan yang efektif. Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui
public relation sebagai kajian ilmu aktivitas keilmuan dan disiplin ilmu dan
teori dalam public relation.
Jefkins (1998) menyebut PR sebagai “ a system of
communication to create goodwill ” Sistem komunikasi dalam definisi ini memiliki cakupan
keseluruhan elemen organisasi, termasuk individu - individu perorangan di dalamnya, seperti definisi PR dari Harrison (2009, h. 1) sebagai “deliberate planned, and sustained effort to establish and
maintain mutual understanding between an organization (or individual) and its
(their) publics.”Karena itu, PR dapat dimaknai sebagai aktivitas manajemen komunikasi yang
terjadi dalam dua pendekatan: sebagai metode komunikasi dan teknik komunikasi
(Kriyantono, 2014).Kedua pendekatan tersebut dapat dilakukan dengan baik jika
praktisi PR melaksanakan dua peran secara proporsional, yaitu peran
manajerial dan teknisi komunikasi (baca Bivins, 2008; L. Grunig, dkk, 2002;
Kriyantono, 2014; Lattimore, dkk, 2007). Sebagai metode komunikasi, aktivitas PR dilakukan secara metodis, yaitu terencana oleh struktur
kelembagaan yang jelas seperti divisi PR. Sebagai teknik komunikasi, aktivitas
PR dilakukan setiap
individu, direncanakan atau tidak, sehingga melahirkan prinsip ‘everybody is a PR atau you are PR on
yourself.
Dalam kontek organisasi, metode dan teknik komunikasi ini tidak dapat
dipisahkan karena saling memengaruhi. Komunikasi adalah bersifat kesatuan
keseluruhan, yaitu perilaku individu dan organisasi saling terkait.
Public
relations sebagai kajian ilmu juga menunjukkan berbagai penelitian mengenai
public relations yang dilakukan untuk menguji teori (verifikatif), menemukan
teori ataupun pemecahan masalah yang berkaitan dengan public relations.
Penelitian mengenai public relations dilakukan untuk memahami masalah secara
lebih akurat, sehingga dapat mengusulkan suatu program dan pemecahan masalah
yang tepat. Penelitian public relation sebenarnya berkaitan dengan disiplin
ilmu lain yang mendasari ilmu public relation meliputi ilmu komunikasi,
psikologis, sosiologi dan lebih lanjut berkaitan dengan disiplin ilmu bisnis,
perdagangan, ekonomi dan manajemen (Gold Paper No. 12, 1997, IPRA). Bukti bahwa PR adalah kajian ilmu adalah karena PR memiliki
objek material maupun objek formal, memiliki metode, sisematis, dan universal.
Objek material meliputi manusia atau public, sedangkan objek formalnya adalah hubungan antara
organisasi dengan publiknya. Tedapat dua kategori public dalam PR, yakni public
internal dan public eksternal. Public internal adalah public yang berada
didalam lingkungan organisasi, seperti karyawan, manajer, dan pemegang saham.
Sedangkan public eksternal adalah public yang berada diluar organisasi, seperti
lembaga pemerintah, pelanggan, pemasok, bank, media/pers, dan komunitas. PR
memiliki metode untuk diteliti, baik kualitatif maupun kuantitatif.
PR sebagai ilmu tentunya bersifat sistematis, yang berarti
proses yang dilakukan dalam penelitian PR menggunakan langkah-langkah tertentu
bersifat logis. PR bersifat sistematis karena tahapan dalam penelitian PR
sistematis mulai dari latar belakang penelitian sampai kesimpulan penelitian
dan saran penelitian. Perkembangan publik relation sehingga
menjadi sebuah sejarah saat ini karena publik relations berawal dari retrorika.
Public Relation tidak
hanya berkembang dibidang aktivitas sosial ataupun pofesi. Public relation juga
telah menjadi sebuah kajian ilmu. Seperti yang kita ketahui, kajian ilmu Public
Relation merupakan sebuah metateori yang terdiri dari 4 teori, yaitu retorika,
evolusi, psikoanalisis, dan marxisme. Berikut penjelasan mengenai teori-teori
tersebut :
1.
Teori retorika
Menurut
KBBI, kata retorika memiliki arti ketrampilan berbahasa secara efektif ; studi
tentang pemakian bahasa secara efektif dalam karang-mengarang. Dalam ilmu
komunikasi, retorika disebut pula sebagai komunikasi publik. Dalam berbicara di
depan public, para pembicara biasanya memiliki tiga tujuan utama dalam benak
mereka : memberi informasi, menghibur, dan membujuk (West, 2008) . Tujuan terakhir
tersebut lah yang menjadi inti dari komunikasi retorika.
Ilmu mengenai retorika pada awalnya dikembangkan di Yunani dan dikemukakan oleh Aristoteles. Dikatakan bahwa teori retorika berpusat pada
pemikiran mengenai retorika atau sebagai alat persuasi yang tersedia (West,
2008). Selain itu, diungkapkan pula
bahwa retorika digambarkan sebagai suatu seni yang dapat menyatukan baik
pembicara maupun khalayak.
Ada
beberapa elemen yang mencakup teori retorika, yaitu komunikator, pesan, dan
audiens. Dalam praktiknya, teorika harus memperhatikan beberapa hal, yaitu :
a. Pembicara yang efektif perlu mempertimbangkan
audiens
Dalam
hal ini, pembicara perlu mengetahui siapa dan bagaimana audiens yang sedak di
ajak berbicara.
b.
Pembicara yang efektif menggunakan
sejumlah bukti-bukti dalam pembicaraannya.
Hal
ini berkaitan dengan konsep ethos, logos, dan pathos. Ethos merupakan karakter
atau niat baik pembicara. Pathos berkaitan dengan emosi yang ditimbulkan pada
khalayak. Sedangkan, logos adalah penggunaan argumen dan rasionalisasi yang
digunakan.
Dalam buku West, 2008, Konrad Lorenz mengatakan bahwa “Apa
yang diucapkan tidak berarti juga didengar. Apa yang didengar tidak berarti
juga dimengerti. Apa yang dimengerti tidak berarti juga disetujui. Apa yang
disetujui tidak berarti juga diterima. Apa yang diterima tidak berarti juga
dihayati dan apa yang dihayati tidak berarti juga mengubah tingkah laku.” Maka,
retorika disini bertujuan agar pembicara membuat audiens dapat mendengar,
mengerti, menyetujui, menghayati, dan mengubah perilaku .
2.
Teori evolusi
Kata
evolusi tidak lagi terasa asing dalam pendengaran kita. “Mahluk paling kuat
adalah mahluk yang bertahan di alam ini”, begitu bunyi inti dari teori evolusi
tersebut. Charles Darwin yang merupakan pakar teori ini mulai merambah
pernyataan-pernyataan tersebut ke dalam keilmuan sosial. Darwinisme pun telah
mempengaruhi perkembangan ilmu komunikasi. Ia mengemukakan mengenai pemahaman
tentang bahasa tubuh atau komunikasi non verbal dalam bukunya The Expression in
Men and Animals. Ia menyajikan beberapa kesimpulan dan pemikiran tentang
perilaku ekspresif yang sering kali dijabarkan dalam bentuk bahasa tubuh yang
ekspresif.
Istilah non-verbal biasanya digunakan untuk meuliskan suatu
proses komunikasi diluar kata-kata terucap dan tertulis. Komunikasi non verbal
itu sendiri memiliki beberapa fungsi, seperti yang diungkapkan Ekman, 1965;
Knapp 1978, yaitu :
1.
Menekankan
Seseorang
menggunakan komunikasi non verbal untuk menekankan beberapa bagian dari
komunikasi verbal. Misalnya, tersenyum untuk menekankan ungkapan tertentu.
2.
Melengkapi
Pembicara
menggunakan komunikasi non verbal untuk memperkuat sikap umum yang
dikomunikasikan oleh pesan verbal. Misalnya, pada saat bercerita kisah-kisah
yang bersifat komedi, kita akan tersenyum lebar.
3.
Menunjukka kontradiksi
Dalam
hal ini, kontradiksi dilakukan untuk menunjukkan sikap menentang secara non
verbal. Misalnya, menyilangkan jari yang mengartikan bahwa kita tidak setuju.
4.
Mengatur
Fungsi
mengatur digunakan untuk mengisyaratkan keinginan. Misalnya, menggunakan
gerakan tangan ketika mengatakan sesuatu.
5.
Mengulangi
Komunikasi
non verbal juga dapat digunakan untuk mengulangi apa yang biasanya menjadi
bagian dari komunikasi verbal. Misalnya, pada saat kita ingin mengatakan “apa
benar?”, kita hanya perlu mengangkatkan alis mata kita.
6.
Menggantikan
Komunikasi
non verbal memiliki fungsi untuk menggantikan pesan verbal. Misalnya,
menganggukkan kepala yang memiliki bahwa kita mengatakan iya.
3. Teori psikoanalisis
merupakan sebuah teori yang dibangun oleh Sigmuncl Freed. Dalam teori ini
menjelaskan perilaku manusia di dalam diri individu manusia itu. Dalam
perkembangannya teori psikoanalisis berkembang menjadi sebuah teori.
4. Marxisme
merupakan teori yang dikembangkan oleh Karl Marx yang membagi perihal
masyarakat kapitalis. Terkait dengan ini Kriyantono
(2012) menyebutkan bahwa dalam komunikasi dan PR, teori kritis berhubungan
mengubah struktur sosial politik, dan ekonomi yang membatasi petensi individu.
Teori kritis digunakan untuk mengungkap realitas. PR yang berhubungan dengan
ideologi dan kepentingan apa yang diperoleh dalam suatu program PR dan
mengkritik dan kesan yang sedang berlangsung di area PR.
Dalam teori teori publik relations dan
pengaplikasiaanya ini menelaahan, secara hati-hati,
buku-buku teks PR
dan sejumlah jurnal ilmiah PR di perguruantinggi, menunjukkan Ilmu PR masih
terkait dengan disiplin
lain yang mendasari ilmu PR. Disiplin ilmu yang mendasari ilmu PR ini termasuk ilmu komunikasi,
komunikasi massa, psikologi, sosiologi,
dan lebih jauh lagi terkait dengan disiplin ilmu bisnis, perdagangan, ekonomi, dan manajemen (Gold Paper No. 12,
1997, IPRA). Dalam
Paper Emas IPRA No. 12 itu disebutkan pula, dua dekade ini melahirkan pengembangan sejumlah teori
eksklusif dalam bidang PR. Sejumlah besar
teori ini dikembangkan James Grunig dari Universitas Maryland. Ia salah seorang dari tiga akademisi PR yang
sangat dikenal dalam memberikan
kontribusi pengembangan Ilmu PR, dengan
lahirnya Situational Theory (terdiri
dari empat model). Kempat model yang dikemukakan Grunig diakui sebagai
PR praktis dan teori yang istimewa
(excellence).Teori situasional Grunig berupaya untuk mengidentifikasi
permasalahan di sekitar publik. Ia
menyebutnya isu-isu situasional. Grunig berargumen, penelitian komunikasi lebih memperhatikan
pemasaran pada produk dibandingkan
publik-publik mereka (perusahaan). Teori
situasional mendorong pembentukan public mereka, sewaktu orang-orang mengatur transaksi dengan suatu
konsekuensi pada organisasinya
mereka. Dan Grunig menekankan, publik-publik
ini menjadi target-target optimal kampanye
komunikasi. Dalam model Teori Situasional,
Grunig mengidentikasi empat macam publik
secara khusus:
All-Issue Publics : Publik-publik yang
aktif pada semua isu.
Aphatetic Publics : Publik-publik
yang tidak memperhatikan
pada semua isu.
Single-Issu Publics : Publik-publik yang
aktif pada satu, atau
sebagian kecil isu pokok, yang hanya memperhatikan sebagian kecil dari populasi (sebagai
contoh, kontroversi pembunuhan
besar-besaran ikan paus).
Hot-Issue Publics : Publik hanya aktif
pada isu tunggal
yang melibatkan orang-orang terdekatnya
dalam populasi, dan diterima karena
peliputan media secara luas (Contoh: gasolin, kekurangan bahan pangan, mengendarai mobil
dalam keadaan mabuk, pembuangan
limbah beracun).
Empat model PR
ini dikembangkan Grunig bersama
Todd Hunt dari Universitas Rutgers, dan menggambarkan peralihan PR bisnis dari strategi komunikasi perusahaan
satu arah menjadi lebih terbuka
dengan komunikasi dua arah. Tentu
saja, hasil kerja Grunig, yang menggam- barkan PR sebagai sesuatu yang interaktif dan memakai komunikasi dua
arah, memberikan gaung pada
karya sebelumnya, yakni salah seorang Bapak PR Modern, Edward Bernays, yang terkenal dengan bukunya Crystallizing Public
Opinion.
Bernays menyarankan PR efektif
memerlukan dua sisi
dengan sasaran dan tujuan suatu perusahaan yang selalu dapat memprediksi munculnya suatu kepercayaan publik dan
kepentingan pribadi. Empat
Model PR dari Grunig-Hunt adalah:
Publicty or Press Agentry,
Public Information
Two-Way Asymmetrical Communication
Two-Way Symmetrical
Communication.
Model Press
Agentry dan
Model Public Information adalah
PR model satu arah dan menggambarkan program komunikasi yang tidak berdasarkan
pada penelitian dan perencanaan strategi. Model Two-way Asymmetrical Communiction menggambarkan
pendekatan lebih sopistiket (maju)
karena menggunakan penelitian untuk mengembangkan
pesan-pesan yang memungkinkan publik-publik strategi terdorong untuk mengikuti
keinginan-keinginan organisasi. Penelitian
Grunig mengemukan tindakan PR yang
sangat efektif dilakukan melalui apa yang ia sebut the two-way
symmetrical model PR di sini didasarkan
pada strategi pengunaan penelitian; dan komunikasi digunakan untuk mengelola konflik dan meningkatkan pemahamam
publik-publik strategis. Dalam
bahasa sederhana, two-way symmetric model menjelaskan bahwa
lebih baik berbicara dan mendengar
dibanding hanya berbicara saja. Dan lebih
bernegosiasi dengan publik-publik disbanding mencoba kekuatan untuk mengubah mereka (publik).
Teori Excellence Grunig tumbuh pesat. Kegiatan penelitian,
yang diarahkan oleh Profesor Grunig,
banyak dilakukan dan didanai oleh International Association of Business
Communicators.
Kegiatan penelitiannya mengombinasikan temuan-temuan dan
rekomendasi-rekomendasi, serta
memberikan nilai tambah teoretis pada kontribusi Grunig. Beberapa sarjana lain meyitir teorinya, yang memberikan
saran dan petunjuk bagaimana
PR dapat mendorong organisasi dapat berpartisipasi
secara excellent melalui pembinaan hubungan jangka
panjang dengan publik-publik strategi. Grunig dan Todd Hunt
juga memperkenalkan the
Domino
Model of Public Relations Effects. Model ini menyatakan secara tidak
langsung kekuatan
hubungan sebab akibat antara pesan- pesan
PR dan pengetahuan, sikap, dan perilaku. Menurut model ini, pesan-pesan PR dapat mengubah tingkat
pengetahuan. Lebih jauh lagi, untuk
mengubah sikap dan perilaku atau perubahan
opini. Grunig dan Hunt, secara hati- hati, memilih metafora domino untuk menggambarkan model
ini. Mereka mengemukakan pentingnya
model ini terletak pada kesenjangan waktu
di antara setiap komponen model—pesan, pengetahuan, sikap dan perilaku—yang tidak terlalu jauh satu sama
lain. Sementara itu,
banyak sarjana PR kini mengakui
Grunig sebagai seorang leader (“begawan”) dalam
pengembangan teori-teori eksklusif
PR. Banyak pakar
lain juga memberikan kontribusi pada
pengembangan teori PR Glen Broom dan David Dozier patut menjadi perhatian. Catatan hasil berbagai penelitian
Broom dan Dozier tentang tingkat
implementasi dan kriteria dampak program- program PR, dengan pengembangan Coorien- tation Model yang menguji
tujuan-tujuan dan dampak
program-program komunikasi antara organisasi-organisasi
dengan publik-publik mereka: merupakan catatan penting. Broom
dan Dozier membuat konsep sepuluh tingkat perbedaan di mana dampak potensial
komunikasi dapat diukur. Mereka menyusun
perhitungan dan jumlah pesan yang telah dikirim,
atau aktivitas, yang telah dilaksanakan (kriteria
penyebaran dimulai dari tingkat terendah)
terhadap dampak kompleksitas perubahan sosial dan
budaya (kriteria dampak tingkatan lebih
tinggi). Tingkatan kriteria lebih tinggi, lebih sulit. Model Coorientation dari Broom dan Dozier mengemukakan,
tipe-tipe perbedaan hubungan, atau coorientation states, berada di antara organisasi-organisasi
dan publik publik mereka. Tipe pertama,
penggambaran perbedaan ini dalam tingkat kesepakatan
antara bagaimana suatu organisasi dan publiknya, di mana keduanya memiliki
pandangan yang sama tentang suatu isu. Tipe coorientation
states lainnya adalah memperhatikan akurasi dan penerimaan kesepakatan
itu. Model ini menggambarkan bahwa peningkatan dalam
akurasi dan kesepakatan sebagai tujuan yang
bermanfaat bagi program-program PR. (Ardianto, 1999)
Sedangkan menurut (Lattimore, Baskin, Heiman, Toth, h.62)
teori public relations terbagi menjadi beberapa sebagai berikut :
I.Teori Hubungan
a Teori Sistem:
mengevaluasi hubungan dan struktur karena mereka terkait dengan organisasi
secara keseluruhan.
b. Teori
situasional: mempertahankan situasi akan menentukan hubungan.
II.Teori Kognisi dan Perilaku
a. Teori
pertukaran sosial: memprediksi kelompok dan individu berdasarkan keuntungan
serta biaya yang diperkiraan.
b. Teori difusi:
menyatakan bahwa orang akan mengadopsi sebuah ide penting atau inovasi setelah
melewati lima langkah terpisah: kesadaran, minat, evaluasi, percobaan, dan
adopsi.
c. Teori
pembelajaran sosial: menyatakan bahwa orang menggunakan penggodokan informasi
dalam menjelaskan dan memprediksi perilaku.
d. Model
elaborasi kemungkinan: menyarankan bahwa pembuatan keputusan dipengaruhi oleh
adanya pengulangan, keuntungan, dan juru bicara yang kredibel.
III.Teori Komunikasi Massa
1. Teori manfaat
dan gratifikasi: menyatakan bahwa orang adalah pengguna aktif media dan mereka
menyeleksi media berdasarkan seberapa besar media itu memberikan rasa puas
kepada mereka.
2. Teori
pengaturan agenda: menyarankan bahwa isi media yang dibaca, dilihat, dan
didengar sengaja dirancang untuk mengatur apa yang akan dibicarakan oleh
masyarakat.
IV.Pendekatan terhadap Resolusi Konflik
1. Sembilan
strategi pertengkaran: kerjasama; akomodasi; penghidaran; konstuktif tanpa
syarat; kompromi; berprinsip; menang-menang atau tidak sama sekali; mediasi.
KESIMPULAN
Publik
relations merupakan aktivitas komunikasi yang sangat dibutuhkan, baik oleh
organisasi, lembaga, dan perusahaan. Public relation digunakan untuk
menjaga hubungan baik antara perusahaan dengan publiknya. Public relations juga
digunakan untuk membangun citra positif dimata public baik yang terkait
dengan publik internal maupun publik eksternal, di dalam suatu proses komunikasi
agar tercipta hubungan yang efektif. Sebagai teknik komunikasi, aktivitas PR dilakukan setiap individu, direncanakan
atau tidak, sehingga
melahirkan prinsip ‘everybody is a PR atau you are PR on yourself. Dalam kontek organisasi, metode dan
teknik komunikasi ini tidak dapat dipisahkan karena saling memengaruhi.
Komunikasi adalah bersifat kesatuan keseluruhan, yaitu perilaku individu dan
organisasi saling terkait.
Public
relations sebagai kajian ilmu juga menunjukkan berbagai penelitian mengenai
public relations yang dilakukan untuk menguji teori (verifikatif), menemukan
teori ataupun pemecahan masalah yang berkaitan dengan public relations.
Penelitian mengenai public relations dilakukan untuk memahami masalah secara
lebih akurat, sehingga dapat mengusulkan suatu program dan pemecahan masalah
yang tepat. Penelitian public relation sebenarnya berkaitan dengan disiplin
ilmu lain yang mendasari ilmu public relation meliputi ilmu komunikasi,
psikologis, sosiologi dan lebih lanjut berkaitan dengan disiplin ilmu bisnis,
perdagangan, ekonomi dan manajemen (Gold Paper No. 12, 1997, IPRA). Tedapat dua kategori public dalam PR,
yakni public internal dan public eksternal PR sebagai ilmu tentunya bersifat sistematis, yang berarti
proses yang dilakukan dalam penelitian PR menggunakan langkah-langkah tertentu
bersifat logis. PR bersifat sistematis karena tahapan dalam penelitian PR
sistematis mulai dari latar belakang penelitian sampai kesimpulan penelitian
dan saran penelitian, kajian ilmu Public Relation merupakan sebuah metateori
yang terdiri dari 4 teori, yaitu retorika, evolusi, psikoanalisis, dan marxisme
Teori situasional Grunig berupaya untuk mengidentifikasi permasalahan di sekitar publik. Ia menyebutnya isu-isu
situasional. Grunig berargumen,
penelitian komunikasi lebih memperhatikan
pemasaran pada produk dibandingkan
publik-publik mereka (perusahaan) Dalam model Teori Situasional, Grunig
mengidentikasi empat macam publik
secara khusus:
All-Issue Publics : Publik-publik yang
aktif pada semua isu.
Aphatetic Publics : Publik-publik
yang tidak memperhatikan
pada semua isu.
Single-Issu Publics : Publik-publik yang
aktif pada satu, atau
sebagian kecil isu pokok, yang hanya memperhatikan sebagian kecil dari populasi (sebagai
contoh, kontroversi pembunuhan
besar-besaran ikan paus).
Hot-Issue Publics : Publik hanya aktif
pada isu tunggal
yang melibatkan orang-orang terdekatnya
dalam populasi, dan diterima karena
peliputan media secara luas.
Empat Model PR dari Grunig-Hunt adalah:
Publicty or Press Agentry,Public
Information, Two-Way
Asymmetrical Communication,
Two-Way Symmetrical Communication. Model Press Agentry dan Model Public Information adalah PR model satu
arah dan menggambarkan program komunikasi yang tidak berdasarkan pada penelitian
dan perencanaan strategi
DAFTAR PUSTAKA
Cutlip, Scott M.; Center, Allen
H.; Broom, Glen M. (2000). Effective Public Relations. Jakarta: Prenada.
Anonymous. (1997). The Evolution
of Public Relations Education and the Influence of Globalisation, Survey of
Eight Countries, Gold Paper No. 12, International Public Relations Association
(IPRA).
Kriyantono,
R. (2014). Teori public relations perspektif barat dan lokal: Aplikasi penelitian &
praktik. Jakarta: Prenada Media.
Kriyantono,
R. (2012). Public relations writing: Teknik produksi media public relations dan
publisitas media(2 ed.). Jakarta: Prenada Media
Lattimore,
D., Baskin, O., Heiman, S., & Toth, E. L. (2007). Public relations : The profession and the practice. New
York: McGraw-Hill.
Grunig,
L. A., Grunig, J. E., & Dozier, D. M. (Eds.). (2002). Excellent public
relations
and
effective organization. New Jersey: Lawrence Erlbaum
Bivins,
T. H. (2008). Public relations writing: The essentials of style and format. New York:
McGraw Hill.
Soemirat Soleh dan Ardianto
Elvinaro. (2002). Dasar-Dasar Public Relations. Bandung. PT. Remaja Rosda
Karya.
Ardianto, E. (1999). Teori dan Metodologi Penelitian “
Public Relations ” Teori dan Model Public Relations, 231–241.